Merekrut Karyawan Job Hopper, Yay or Nay?
Belakangan ini, banyak sekali karyawan yang jadi kutu loncat. Pindah dari satu perusahaan ke satu perusahaan lainnya. Kalau sebagai HR bertemu sama kandidat kutu loncat, apakah sobat HR akan melanjutkan dia sampai tahap berikutnya, atau skip aja? Sebagai HRD, pasti hal ini jadi dilematis tersendiri untuk kita. Di satu sisi karyawan ini sangat cocok dengan yang kita cari, di sisi lain ada kemungkinan dia tidak akan bertahan lama di perusahaan. Nah, kemarin pada Jumat 4 November 2022 dalam acara webinar Linov Community, Alvina Noor Febriyanti selaku Human Capital & Founder Career Building membagikan tips dan insight menarik untuk kita. Kalau kita bicara tentang job hopper, sebenarnya ini sangat dekat kaitannya dengan angkatan kerja. Mengapa? Karena setiap angkatan kerja punya karakteristik tersendiri. Gen X biasanya mempunyai komitmen dan tingkat kepuasan kerja yang tinggi, membuat generasi ini jarang sekali untuk pindah-pindah pekerjaan dalam waktu yang singkat. Ini berbeda sekali dengan Milenial dan Gen Z yang mana mereka sangat suka mencoba hal-hal baru, serta sangat sadar sosial dan vokal, inilah mengapa mereka sering dengan cepatnya pindah-pindah karier. Pro kontra merekrut karyawan Job Hopper Kita tidak bisa menghakimi karyawan yang memutuskan untuk jadi kutu loncat. Ada baiknya kita melihat sisi pro-kontra dari job hopper, seperti: Pro - Karyawan kutu loncat biasanya punya banyak skill dan pengalaman - Network mereka biasanya lebih luas Kontra - Harus berhati-hati jika history pekerjaan kurang dari 1 tahun - Kandidat tidak akan bertahan lama - Biasanya belum mempunyai kemampuan untuk membangun prestasi jangka panjang. Agar sobat HR bisa lebih yakin apakah Yay or Nay merekrut job hopper, saat interview coba ajukan beberapa pertanyaan ini: 1. Apa alasan kamu meninggalkan posisi terakhir kamu? 2. Apa pencapaian yang sudah kamu dapatkan di pekerjaan sebelumnya? 3. Mengapa kamu pikir posisi ini cocok untuk kamu? 4. Apakah kamu mau berkomitmen dalam waktu lama di perusahaan ini? Nah, pastikan semua jawaban dari pertanyaan di atas jelas dan masuk akal Beberapa red flag ? yang perlu sobat HR waspadai dari kandidat job hopper 1. Memberikan jawaban interview yang tidak jelas dan tidak masuk akal terkait alasan meninggalkan pekerjaanya 2. Tidak ada pencapaian spesifik dalam kariernya 3. Antar pekerjaan satu dengan pekerjaan lainnya posisinya tidak berkaitan 4. Kandidat menjelek-jelekkan perusahaan atau atasan di perusahaan sebelumnya 5. Menolak untuk berkomitmen dalam waktu yang lama Apa yang bisa perusahaan lakukan untuk menghindari karyawan job hopper keluar setelah direkrut? Salah satu case job hopper juga sering ditemukan pada karyawan proyek pertambangan. Di mana biasanya perusahaan telah mengeluarkan biaya untuk transportasi mendatangkan karyawan, melakukan tes kesehatan. Tapi baru beberapa bulan sudah resign atau pindah ke perusahaan lain. Beberapa solusi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tanyakan komitmen karyawan sedari awal 2. Berikan kontrak dengan jangka waktu singkat terlebih dulu, misal 3 bulan 3. Berlakukan sistem penalti 4. Tahan biaya reimbursement MCU sampai 3 bulan Bagaimana, apakah sobat HR sudah tercerahkan nih untuk merekrut karyawan Job Hopper?
HR Administration
Cara menghitung turnover rate?