HR Awas Ada LinkedIn Swindler Merajalela!
Sadar gak sih, belakangan ini fenomena LinkedIn Swindler lagi rame bangetdi kalangan HR Rekruter. LinkedIn, yang biasanya jadi media sosial yang ampuh untuk dapetin karyawan potensial dengan cepat eh ternyata zonk juga. Banyak dari para pengguna LinkedIn yang memalsukan data-data mereka seperti latar belakangan pendidikan sampai pengalaman kerja di tempat-tempat elit (sebenarnya ini udah bisa dijadiin red flag sih). Contohnya, mereka akan memasang latar belakang pendidikan di kampus-kampus luar negeri ternama sekelas Stanford University, Harvard University, dan lainnya. Apa cuma sampai situ? Oh tentu tidak, mereka juga akan mencantumkan kalau mereka mengambil double degree dan bisa menyelesaikan masa kualih tersebut dengan cepat. Wiiih, Maudy Ayunda pasti iri nih! Untuk bagian pengalaman kerja, mereka juga tidak segan-segan mencantumkan perusahaan-perusahaan terkenal yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat umum seperti Google, Facebook, Deloitte, atau perusahaan-perusahaan BUMN yang terkenal. Nah, biasanya masa kerja mereka ini singkat-singkat tidak lebih dari satu tahun (Waah, bisa pindah-pindah kerja dengan cepat gitu apa tuh rahasianya?) Kalau kamu sudah lihat profile LinkedIn yang kaya gini kasih red flag deh buru-buru. Terus kalau sudah keburu manggil kandidat yang ada indikasi LinkedIn Swindler, apa itu salah HR? Bisa iya bisa juga tidak. Hmmm, gini amat ya jadi HR. Maka dari itu ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan, pertama, apakah HR udah melakukan background check ke perusahaan sebelumnya? Jika udah, berarti perusahaan sebelumnya bisa jadi tidak memberikan penilaian secara fair. Kedua, untuk posisi tertentu, HRD atau user bisa melakukan tes dari sisi teknis saat proses seleksi berlangsung agar bisa uji kompetensi secara langsung. Ketiga, ini mungkin cara yang paling baru, coba gunakan aplikasi Get Contact untuk cek nomor HP kandidat, apakah ada yang nama-nama aneh yang mengindikasikan kandidat ini menipu. LinkedIn sendiri mengakui adanya peningkatan kasusu penipuan yang terjadi di aplikasi mereka. Sejak Juli hingga Desember 2021, menurut laporan LinkedIn, 96% dari semua akun palsu, 11,9 juta yang dihentikan saat pendaftaran, dan 4,4 juta yang dibatasi secara proaktif, sudah dihapus. Kata Grace Yuen, juru bicara Global Anti-Scam Organization, “Mereka mungkin mengklaim bahwa mereka lulus dari universitas terkenal, lalu mereka mengatakan bahwa mereka di bidang keuangan atau investasi. Terkadang bahkan mereka berpura-pura berada di industri yang sama denganmu.” Gimana, pernah ngalamin kasus LinkedIn Swindler atau punya tips lain untuk mengantisipasi kandidat seperti ini? Coba yuk share di kolom komentar!
Planning & Recruitment
Merekrut Karyawan Job Hopper, Yay or Nay?