HR Glossary: Peran HR dalam Berkontribusi Selama Akuisisi Agar Berhasil
Admin LinovCommunity - 9 months agoPentingnya peran SDM dalam sebuah perusahaan menjadi semakin nyata, terutama dalam konteks perubahan struktural seperti akuisisi.
Dalam konteks ini, HR memiliki peran yang sangat krusial untuk memastikan kesuksesan proses tersebut.
Akuisisi adalah langkah besar yang membutuhkan sinergi antara tim manajemen dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai elemen kunci dari glosarium HR yang perlu dipahami untuk memastikan kontribusi HR yang optimal selama proses akuisisi.
Apa itu Akuisisi?
Berdasarkan KBBI, akuisisi adalah proses pemindahan kepemilikan suatu perusahaan atau aset dari satu entitas ke entitas lainnya.
Dalam konteks industri perbankan, akuisisi terjadi ketika suatu entitas membeli saham perusahaan dengan persentase kepemilikan di atas 50%.
Secara umum, akuisisi juga dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan penuh atau sebagian dari suatu perusahaan atau aset oleh pihak lain.
Proses ini melibatkan transaksi keuangan dan perubahan struktural yang dapat memengaruhi dinamika bisnis dan kepemilikan perusahaan terkait.
Perbedaan Merger dan Akuisisi
Mengutip Investopedia, merger dan akuisisi berbeda dalam proses dan hasilnya.
Pada merger, dewan direksi dua perusahaan setuju untuk bergabung, seperti kasus antara Digital Equipment Corporation dan Compaq pada tahun 1998.
Sedangkan pada akuisisi, perusahaan yang membeli hanya mendapatkan mayoritas saham tanpa mengubah nama atau struktur perusahaan yang dibeli.
Contohnya, seperti yang terjadi saat Manulife Financial Corporation mengakuisisi John Hancock Financial Services pada tahun 2004.
Perlu dicatat bahwa perbedaan utama terletak pada dampak perubahan yang lebih besar dalam merger, khususnya terkait kepemilikan dan struktur bisnis perusahaan yang diakuisisi.
Tujuan Akuisisi
Akuisisi, sebagai langkah strategis korporat, memiliki beberapa tujuan yang mendasari pertimbangan suatu perusahaan untuk melakukan penggabungan atau pengambilalihan.
Berikut adalah beberapa tujuan umum yang ingin dicapai melalui proses akuisisi yang dilansir dari Investopedia.
1. Memasuki Pasar Baru
Salah satu tujuan penting dari akuisisi adalah untuk membuka peluang masuk ke pasar baru.
Dengan mengakuisisi perusahaan yang sudah mapan di pasar tersebut, perusahaan bisa lebih cepat mengakses pelanggan, distribusi, dan pemahaman mengenai dinamika pasar lokal.
Ini membantu mengurangi risiko dan meningkatkan kesuksesan dalam ekspansi internasional.
2. Strategi Pertumbuhan
Akuisisi sering kali menjadi bagian dari strategi pertumbuhan suatu perusahaan.
Dengan mengambil alih perusahaan lain yang sejenis maupun yang berbeda, perusahaan dapat memperluas jenis bisnisnya.
Hal ini berimplikasi menambah pangsa pasar, dan menciptakan sinergi untuk meraih pertumbuhan yang signifikan.
3. Mengatasi Kapasitas Berlebih dan Mengurangi Persaingan
Dalam beberapa situasi, perusahaan bisa menggunakan akuisisi untuk mengurangi kapasitas produksi yang berlebihan dan menghindari persaingan yang berlebihan.
Melalui konsolidasi, perusahaan bisa mencapai efisiensi operasional, mengontrol biaya produksi, dan memperkuat posisinya di pasar.
4. Mengimplementasikan Teknologi Baru
Akuisisi bisa menjadi cara yang lebih cepat untuk mendapatkan teknologi baru daripada mengembangkannya sendiri.
Dengan mengakuisisi perusahaan yang memiliki keahlian teknologi tertentu, perusahaan bisa mempercepat inovasi produk, dan meningkatkan daya saing teknologis.
Melalui pencapaian tujuan-tujuan ini, perusahaan bisa memanfaatkan strategi akuisisi sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan dan keberlanjutan dalam dunia bisnis yang selalu berubah.
Namun, keberhasilan akuisisi sangat bergantung pada kemampuan integrasi yang baik, manajemen risiko, dan pemahaman terhadap pasar.
Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
Akuisisi melibatkan sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan secara mendalam.
Untuk memahami lebih lanjut, mari kita eksplorasi kelebihan dan kekurangan akuisisi, sebagaimana dikutip dari Forbes.
Kelebihan Akuisisi
Berikut beberapa kelebihan dari penerapan akuisisi bagi perusahaan:
1. Ekspansi
Akuisisi memberikan peluang untuk ekspansi bisnis dengan cara yang lebih cepat dan efisien.
Dengan mengambil alih perusahaan lain, perusahaan dapat memperluas kehadirannya di pasar baru, menjangkau pelanggan lebih luas.
2. Mitigasi Ketidakpastian Pasar
Dalam menghadapi ketidakpastian pasar, akuisisi dapat menjadi strategi untuk mengurangi risiko.
Dengan menggabungkan kekuatan dengan perusahaan lain, perusahaan dapat menciptakan stabilitas dan ketahanan terhadap fluktuasi pasar.
3. Keunggulan Kompetitif dan Positioning Pasar
Akuisisi dapat memberikan keunggulan kompetitif dengan memperkuat posisi perusahaan di pasar.
Dengan menggabungkan sumber daya dan keahlian, perusahaan dapat menciptakan posisi yang lebih kuat dan menjadi lebih tangguh dalam persaingan.
Kekurangan Akuisisi
Namun, di balik beberapa kelebihan yang dimilikinya, ada beberapa kekurangan dari praktik akuisisi ini, yang perlu Anda antisipasi, antara lain:
1. Tantangan Integrasi
Salah satu kekurangan utama akuisisi adalah tantangan dalam mengintegrasikan dua entitas bisnis yang berbeda.
Perbedaan budaya perusahaan, sistem, dan proses dapat menghadirkan hambatan dalam mencapai sinergi yang diinginkan.
2. Beban Keuangan
Akuisisi seringkali menyebabkan beban keuangan yang signifikan.
Pembiayaan transaksi, penyesuaian struktural, dan restrukturisasi bisnis dapat menjadi beban keuangan yang berat bagi perusahaan.
3. Penilaian Berlebih dalam Sinergi
Terkadang, terdapat risiko penilaian yang terlalu optimis terhadap sinergi yang akan dicapai melalui akuisisi.
Jika sinergi yang diharapkan tidak tercapai, hal ini dapat memengaruhi kinerja keseluruhan dan nilai investasi.
Secara keseluruhan, keputusan untuk melakukan akuisisi harus dipertimbangkan dengan cermat, memperhitungkan kelebihan dan kekurangannya.
Jenis-jenis Akuisisi
Akuisisi, sebagai strategi bisnis, dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan memunculkan jenis-jenis tertentu sesuai dengan sifat transaksi tersebut.
Mengutip Gramedia.com, berikut beberapa jenis akuisisi.
1. Akuisisi Horizontal
Akuisisi horizontal terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sama atau memiliki produk serupa.
Sebagai contoh, akuisisi antara dua perusahaan penerbangan regional dapat dianggap sebagai akuisisi horizontal.
Maksudnya adalah untuk memperluas pangsa pasar dan memperkuat posisi di industri yang sama.
2. Akuisisi Vertikal
Jenis akuisisi ini melibatkan perusahaan yang mengakuisisi bisnis dari pemasok bahan atau bisnis yang melengkapi produk perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, perusahaan otomotif yang mengakuisisi produsen ban atau komponen kritis mobil.
Akuisisi vertikal bertujuan untuk mengoptimalkan rantai pasok dan mengurangi biaya produksi.
3. Akuisisi Konglomerat
Akuisisi konglomerat terjadi ketika satu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain tanpa batasan pada sektor industri tertentu.
Sebagai contoh, perusahaan teknologi yang mengakuisisi perusahaan kuliner.
Cakupan akuisisi konglomerat biasanya lebih besar dan dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara.
4. Akuisisi Aset
Dalam jenis akuisisi aset, perusahaan langsung mengambil alih aset dari perusahaan lain.
Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan tersebut menghadapi kebangkrutan, dan asetnya diambil alih oleh perusahaan lain melalui proses pelelangan.
Contoh bisa mencakup perusahaan yang mengakuisisi teknologi atau fasilitas produksi dari perusahaan yang sedang menjalani restrukturisasi.
5. Akuisisi Manajemen
Akuisisi manajemen terjadi ketika eksekutif atau manajemen suatu perusahaan memperoleh kendali atas perusahaan lain dan menjadi pemegang saham utama.
Dalam skenario ini, pejabat perusahaan yang mengakuisisi bisa bekerja sama dengan pemodal dan mantan eksekutif dari perusahaan yang diakuisisi untuk membantu proses pengambilalihan dan pengelolaan.
Peran HR Selama Akuisisi
Ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, fungsi HR memegang peran dalam memastikan kesuksesan transisi.
Mengutip Zoho, berikut adalah rincian lebih lanjut mengenai kontribusi HR dalam konteks akuisisi.
1. Mempercepat Proses Implementasi dengan Teknologi
Salah satu peran kunci HR dalam akuisisi adalah memastikan implementasi yang efisien melalui pemanfaatan teknologi.
HR dapat memperkenalkan sistem manajemen sumber daya manusia (HRMS) yang terintegrasi, memfasilitasi pelatihan berbasis online, dan memanfaatkan alat kolaborasi untuk mempercepat proses adaptasi karyawan.
Dengan menyelaraskan teknologi dari kedua perusahaan, HR dapat mengoptimalkan efisiensi operasional dan meminimalkan gangguan dalam aktivitas bisnis.
2. Mendorong Budaya Kerja Baru
Budaya perusahaan yang kohesif dan sejalan adalah kunci kesuksesan dalam integrasi akuisisi.
HR dapat berperan dalam memfasilitasi dialog terbuka, mengidentifikasi nilai bersama, dan merancang program pengenalan budaya yang efektif.
Dengan mendukung interaksi antarkaryawan dari kedua perusahaan, HR dapat membantu munculnya budaya baru yang menggabungkan elemen-elemen positif dari setiap entitas.
Ini dapat mencakup pelatihan kepemimpinan lintas-budaya, dan pengembangan program penghargaan yang bersifat inklusif.
3. Mempertahankan Talenta Kunci
Salah satu tantangan utama dalam akuisisi adalah mempertahankan talenta kunci yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan bisnis.
HR dapat memainkan peran krusial dengan merancang dan melaksanakan program retensi yang terfokus.
Ini dapat mencakup evaluasi kebutuhan dan aspirasi individu, peningkatan paket remunerasi, serta penyusunan rencana pengembangan karier.
Melalui strategi retensi yang matang, HR dapat menjaga kontinuitas operasional dan menghindari kehilangan talenta berharga.
Pemahaman mendalam dan penerapan strategi yang bijaksana oleh HR menjadi kunci untuk mencapai sinergi dan pencapaian tujuan strategis setelah proses akuisisi.
Baca Juga: Strategi HR yang Inovatif untuk Mengatasi Dampak Resesi pada Tenaga Kerja
Bagaimana Proses Akuisisi
Proses akuisisi merupakan rangkaian tahapan kompleks yang melibatkan perencanaan, analisis, dan pelaksanaan dengan tujuan untuk mengakuisisi suatu perusahaan atau aset.
Mengacu pada panduan dari Corporate Finance Institute, berikut adalah penjelasan mengenai sepuluh tahapan dalam proses akuisisi.
1. Strategi Akuisisi (Acquisition Strategy)
Tahap awal proses akuisisi dimulai dengan merumuskan strategi yang akan diadopsi.
Ini melibatkan identifikasi tujuan jangka panjang perusahaan, sasaran bisnis yang ingin dicapai melalui akuisisi, serta penentuan jenis akuisisi yang sesuai dengan strategi korporat.
2. Kriteria Akuisisi (Acquisition Criteria)
Penetapan kriteria akuisisi adalah langkah penting untuk menyaring potensial target.
Perusahaan perlu menentukan karakteristik yang diinginkan, seperti industri, ukuran, dan kriteria keuangan, untuk mempersempit pencarian dan meningkatkan relevansi target.
3. Pencarian Target (Searching for Target)
Setelah kriteria ditetapkan, perusahaan akan memulai pencarian potensial target yang sesuai.
Ini melibatkan riset pasar, analisis industri, dan pemantauan aktivitas persaingan untuk mengidentifikasi entitas yang dapat memberikan nilai tambah sesuai dengan strategi akuisisi.
4. Perencanaan Akuisisi (Acquisition Planning)
Tahap perencanaan melibatkan penyusunan rencana detil untuk pelaksanaan akuisisi.
Tahap ini mencakup penentuan struktur transaksi, analisis risiko, dan pengembangan strategi komunikasi untuk menjalankan proses akuisisi secara efektif.
5. Penilaian dan Evaluasi (Valuing & Evaluating)
Proses penilaian dan evaluasi dilakukan untuk menilai nilai sebenarnya dari target yang dipilih.
Proses pada tahap ini adalah analisis keuangan, evaluasi aset dan kewajiban, serta penilaian risiko potensial yang mungkin terkait dengan akuisisi.
6. Negosiasi
Negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan antara pihak akuisitor dan target.
Hal ini mencakup pembahasan harga, struktur transaksi, dan ketentuan lain yang relevan untuk memastikan ketercapaian tujuan akuisisi.
7. Uji Kelaikan (Due Diligence)
Tahap due diligence melibatkan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua aspek perusahaan target, termasuk keuangan, operasional, hukum, dan risiko.
Hal ini dilakukan untuk memvalidasi informasi, mengidentifikasi isu-isu potensial, dan memastikan keberlanjutan operasional.