HR Glossary: Fenomena Quiet Firing dan Bagaimana HR Mengatasinya
Admin LinovCommunity - 1 year agoSetelah muncul istilah quiet quitting, saat ini di dalam dunia kerja juga dikenal istilah quiet firing.
Secara sederhana, istilah ini mengacu pada skenario yang digunakan perusahaan untuk mendorong karyawan resign atau keluar. Skenario tersebut bisa berupa perubahan suasana kerja sampai suasana tim.
Sebagai HR, sangat penting untuk Anda sadari tanda terjadinya quiet firing di perusahaan.
Arti Quiet Firing
Quiet firing adalah tindakan mengabaikan karyawan secara perlahan, sehingga mereka akan dengan sendirinya mengajukan pengunduran diri.
Bonnie Dilber, seorang Recruiting Leader Zapier mengatakan dalam tulisan LinkedInnya, quiet firing dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya, memberikan karyawan pekerjaan ekstra di luar job desk-nya, tidak memberikan feedback atau apresiasi, tidak menaikkan gaji karyawan, sampai membatalkan pertemuan dengan karyawan. Hal ini akhirnya membuat karyawan merasa dikucilkan.
Karyawan akan dikeluarkan dari proyek yang diidam-idamkan. Mereka juga tidak bisa mengikuti perkembangan terbaru dari pekerjaan yang dilakukannya. Akhirnya, lama-kelamaan karyawan merasa dirinya tidak lagi kompeten, terisolasi, tidak dihargai, lalu memutuskan resign.
Quiet firing bisa dikatakan sebagai kegagalan perusahaan dalam memberikan dukungan, pelatihan, serta pengembangan karier bagi karyawannya. Konsep seperti ini disebut juga sebagai cara non-confrontational, tanpa konfrontasi atau drama.
Masih mengutip Dilber, menurutnya quiet firing ini membawa manfaat bagi perusahaan. Salah satunya adalah perusahaan tidak perlu memikirkan pesangon yang harus dibayarkan saat memecat karyawan.
Penyebab Quiet Firing
Menurut Paul Lewis, Chief Customer Officer Adzuna, quiet firing adalah sebuah masalah yang datangnya dari manajemen, bukan dari karyawan yang bersangkutan.
Berikut ini beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan quiet firing.
1. Meragukan Kemampuan Karyawan
Alasan utama perusahaan melakukan quiet firing adalah karena manajer merasa bahwa karyawan sudah mencapai career plateau atau karyawan tersebut memiliki kemampuan yang lebih rendah dari karyawan lainnya.
Ini sering terjadi saat karyawan tidak bisa mencapai ekspektasi yang diharapkan, bukan karena kurangnya kemampuan.
Namun, sayangnya manajemen tidak mampu memberikan dukungan dan memimpinnya.
2. Menghindari Konflik
Alih-alih melakukan diskusi terbuka dengan karyawan, manajer akan lebih memilih melakukan quiet firing.
Pendekatan ini membuat manajer tidak terlihat seperti orang jahat karena menyebabkan keributan, tapi karyawan sendirilah yang ingin mengundurkan diri.
3. Efisiensi Biaya
Bila memecat karyawan, perusahaan wajib untuk memberikan pesangon. Untuk menghindari hal ini, perusahaan akan melakukan pemecatan diam-diam.
Perusahaan akan memilih untuk meletakkan tanggung jawab kepada karyawan dibanding harus memecat dan memberikan pesangon.
Sering kali perusahaan akan mendorong karyawan yang memiliki gaji tinggi untuk resign dan menggantinya dengan karyawan yang gajinya lebih rendah.
4. Ada Konflik Personal
Adanya konflik personal antara manajer dan karyawan juga sering menjadi alasan mengapa melakukan quiet firing.
Misalnya, saat manajer merasa tidak cocok dengan kepribadian karyawan, atau karyawan sering membuat masalah dengan anggota tim lainnya sehingga menciptakan lingkungan yang kurang nyaman.
5. Mismanagement
Quiet firing adalah kesalahan pada manajemen perusahaan itu sendiri. Contohnya tidak ada feedback dan dukungan yang memadai yang membuat karyawan merasa kewalahan.
Dampaknya akan memengaruhi kinerja karyawan dan membuat mereka memutuskan untuk resign.
Baca Juga: Mengenal Apa itu Kode Etik Perusahaan
Tanda-Tanda Quiet Firing
Bagi Anda yang seorang HR, penting sekali untuk Anda menyadari tanda-tanda dari quite firing yang terjadi di perusahaan Anda. Berikut ini tanda-tandanya.
1. Berhentinya Promosi dan Kemajuan Karyawan
Ini adalah salah satu tanda yang sering sekali ditemui, karyawan yang menjadi target quiet firing tidak akan mendapatkan promosi dan pengembangan karier.
Sangat mudah untuk mengenali tanda yang satu ini, karena dalam lingkungan kerja yang sehat, seorang manajer akan memberikan panduan untuk mencapai kemajuan karier karyawan, bukan mengabaikannya.
2. Tidak Adanya Kenaikan Gaji
Tanda ini juga sering digunakan oleh manajer untuk membuat karyawan mengeluarkan diri. Seorang manajer menolak kenaikan gaji karyawan. Sekalipun karyawan mengalami kenaikan gaji, jumlahnya tidak sesuai dengan pekerjaannya.
3. Birokrasi Menjadi Semakin Kompleks
Manajemen perusahaan biasanya akan menambah kerumitan birokrasi dan melakukan perubahan kebijakan. Tujuannya adalah untuk membuat karyawan yang ditargetkan merasa dirugikan dan tidak nyaman.
Manajer akan melakukan micromanaging, memperumit proses pelaporan, sampai memberatkan tugas.
Adanya perubahan birokrasi ini akan membuat karyawan menjadi sibuk pada masalah administrasi sampai melupakan tanggung jawabnya.
4. Menghentikan Proyek Baru
Saat manajemen melakukan quiet firing, mereka akan membuat karyawan mengalami pertumbuhan yang lambat, termasuk menunda karyawan untuk terlibat dalam tugas baru.
Manajemen perusahaan akan membuat karyawan mengerjakan tugas yang itu-itu saja, tanpa adanya tantangan dan pertumbuhan yang signifikan.
5. Tidak Adanya Feedback dan Dukungan Manajemen
Manajer tidak memberikan kesempatan review pekerjaan adalah tanda quiet firing. Manajer juga tidak memberikan feedback signifikan malah cenderung memberikan instruksi yang tidak jelas, dan tidak memberikan kritik atau juga saran.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Motivasi Karyawan setelah Perusahaan Melakukan PHK
Apa yang Bisa HR Lakukan untuk Mengatasi Quiet Firing?
Ketika HR menyadari adanya tanda-tanda quiet firing di perusahaan, tentu ia harus mengambil langkah untuk mengatasi masalah satu ini. Berikut ini beberapa cara yang bisa HR lakukan untuk mengatasi pemecatan diam-diam.
1. Tetapkan Ekspektasi dengan Jelas dan Komunikasikan
Buatlah komunikasi yang terbuka dan jujur dengan karyawan. Beri tahu mereka apa yang mereka lakukan dengan benar, bidang apa yang perlu ditingkatkan, dan apa yang harus mereka pertahankan.
Manajer juga harus menetapkan ekspektasi yang jelas dan masuk akal bagi karyawan.
2. Lakukan Stay Interview Secara Teratur
Pastikan melakukan stay interview dengan karyawan. Tujuannya adalah untuk membantu HR memahami bagaimana kinerja karyawan secara keseluruhan.
Beberapa pertanyaan umum yang bisa diajukan antara lain:
1. Apa yang mendorong Anda untuk terus bekerja di perusahaan?
2. Apa yang Anda sukai dan tidak sukai dari peran Anda?
3. Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengalaman Anda dengan perusahaan?
4. Apa rencana dan tujuan karir Anda di masa depan?
Melakukan stay interview akan membuat karyawan merasa didengarkan dan membuat mereka merasa dihargai.
Stay interview juga menjadi ruang yang aman bagi karyawan untuk mendiskusikan perasaan mereka tentang pekerjaan dan tempat kerja.
3. Latih Manajer untuk Lebih Terlibat dengan Karyawan
Terapkan program pelatihan kepemimpinan bagi para manajer. Sebagai seorang manajer, mereka harus bisa menjalankan manajemen perusahaan yang efektif, seperti memberikan feedback, sesi mentoring, dan mendukung penyelesaian tujuan.
Berdasarkan hasil survei, 2 dari 5 karyawan mengundurkan diri karena manajemen yang buruk. Dengan mengingat hal ini, penting bagi Anda untuk mengelola karyawan dengan baik.
4. Berikan Umpan Balik
Umpan balik diperlukan bagi karyawan Anda untuk menilai diri mereka sendiri. Maka dari itu, penting sekali bagi perusahaan untuk secara rutin memberikan feedback dari apa yang dilakukan karyawan, bidang apa yang kurang mereka kuasai, dan perkembangan secara keseluruhan.
Memberikan umpan balik serta mengevaluasi kinerja karyawan adalah cara yang terbukti efektif untuk membuat karyawan tetap terlibat, membuat mereka merasa dihargai, dan meningkatkan kinerja mereka.
5. Ciptakan Budaya Kerja yang Mendukung
Penting sekali bagi HR untuk menciptakan budaya kerja yang mendukung. Mulai dari dukungan kesehatan mental, memberikan pelatihan menyeluruh bagi karyawan untuk mendapatkan promosi, dan lain sebagainya.
Lingkungan kerja yang toxic hanya akan berimbas pada stres dan konflik yang tidak perlu, jadi berusahalah untuk membuat tempat kerja yang harmonis.
Itulah dia penjabaran mengenai quiet firing. Bila fenomena ini terjadi di perusahaan Anda, sangat penting bagi Anda untuk mengatasinya dengan segera karena dapat merusak keharmonisan internal.